![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZYdFgn3UEhXmoRVBKkLYq16D3AGlSjl74esIjQM_fBECFPr08iAW1zODqSSYVlpdPkcKfyEkhwKn-3wkqLKFuBXlqz-0qyA5arJrwmRUMibdfqwl_Os-1tVPeTOWDEiKdGaf3yrggLdtp/s320/PGRI2.jpg)
Benarkah sekolah kami seperti kandang ? ......Di sejuta batu nisan guru tua yang terlupakan oleh sejarah, terbaca torehan darah kering.
Di sini berbaring seorang guru, semampu membaca buku usang, sambil belajar menahan lapar, hidup sebulan dengan gaji sehari.
Itulah nisan seorang guru tua yang terlupakan oleh sejarah."(Sebuah karya dari Winarno Surahmat - mantan Rektor IKIP Jakarta - dalam apel HUT Ke-60 PGRI di Solo, Jawa Tengah)
benarkah ilmu kita adalah ilmu yang usang ? .....
benarkah kita mengajar dengan menahan lapar ? .....
Memang, tapi itu dulu ! ..... dulu pada saat Bapak Winarno Surahmat masih menjadi pengajar pada jamannya, dan pada saat membacakan itu beliau sudah pensiun sekian tahun yang lalu.
Namun kini telah berbeda walaupun tidak semua, sekolah-sekolah kita tidak lagi seperti kandang ayam bahkan banyak yang jauh lebih baik daripada itu. Walapun gaji guru dapat dikata jauh dari cukup, tapi kita yakin bahwa gaji guru tidak hanya cukup untuk hidup satu hari.
Keberadaan guru diyakini oleh banyak kalangan sebagai ujung tombak yang senantiasa berada di garda depan dalam pengembangan kualitas peradaban bangsa.Secara jujur harus diakui oleh sebagian besar para guru, bahwa menjadi guru bukanlah prioritas utama sebagai profesi hidup. Jika hal ini memang benar mungkin tidaklah berlebihan, sebab apresiasi publik terhadap profesi guru belum sehebat dengan profesi lain yang lebih menjanjikan harapan hidup. Hal ini dapat dilihat dari sebagian mahasiswa yang masuk ke fakultas keguruan ditengarai lantaran “tersesat” setelah tidak diterima di fakultas-fakultas favorit mereka. Bahkan, saat ini sebagian pelamar CPNS guru memiliki kualifikasi ijazah non-keguruan. karena memiliki akta IV di bidang keguruan, akhirnya mereka dinilai memenuhi syarat.
Tapi apapun alasannya, mereka pasti telah siap mengemban amanat untuk dapat melepaskan para calon pemimpin bangsa ini dari keterbelakangan dan kebodohan, memang bukan tugas yang ringan dan mudah untuk menekuni profesi sebagai guru.
“Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tutwuri handayani”, adalah motto yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara.
Di tengah minimnya apresiasi publik terhadap profesi guru, mereka tetap dituntut untuk tampil di depan memberikan teladan, di tengah membangkitkan prakarsa dan kehendak, dan di belakang mampu memberikan dorongan dan motivasi yang inspiratif.
Selamat Hari Guru ke 63 - tahun 2008.